Kitab Ta’lim Muta’alim adalah karya As syaik Az Zurnuji
rahimuhuallah dan kemudian disyarh oleh syaikh Ibrohim bin Ismail
rahimuhualllah. Bagi santri kitab satu ini sudah tidak asing lagi bagi mereka
karena setiap pencari ilmu baik di madrasah dan pesantren diwajibkan mengaji
kitab ini. Ibarat perkataan salaf.” Barangsiapa tidak punya akhlak maka seperti
lalat.” Orang yang tidak punya akhlak
akan seenaknya sendiri dalam berbuat seperti halnya lalat yang berhinggap dimana
saja tak peduli tempat itu bersih maupun kotor selain itu juga menyebarkan
penyakit.
Didalam kitab Ta’limul Muta’alim ini sang syaikh mushonif
menjelaskan bagaimana seharusnya seorang santri atau tholabul ilmi agar tidak
sia-sia dalam menuntu ilmu dan salah jalan. Saya ringkas menjadi tiga point
penting dari banyaknya fadilah kitab ini.
Pertama, pondasi dari segala amal adalah niat terutama dalam
ibadah, mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim baik laki-laki maupun
perempuan, andai saja niat itu salah maka tidak sah ibadahnya . seperti yang
disabdakan Rasulallah.” Sesungguhnya segala
sesuatu perbuatan harus dimulai dengan niat.” Hadist sahih.
Kemudian yang kedua
adalah memuliakan ilmu dan kitab. Yakni salahsatunya adalah dengan tidak
sembarangan menaruh kitab-kitab yang didalamnya terdapat penjelasan tentang
agama bahkan tafsir Al Qur’an maupun Hadist
nabi. Seperti memang sepeleh dan banyak orang yang lupa bahkan meninggalkanya. Kita tidak pernah
tau dari mana kebaikan di masa depan itu akan dating. Banyak contohnya dari
kisah nyata orang-orang alim yang kemudian ilmunya tidak manfaat karena meninggalkan memuliakan kitab para ulama’
yang mana mereka sebelum mengaranya melalui proses belajar yang cukup
panjang menjelkan makna setiap ayat Allah dan Hadist agar orang awam tidak
salahfaham dalam memaknai perintah agama.
Yang ketika, yakni memuliakan ilmu dan para ahli al ilmi. Siapakah ahli ilmi
tersebut? Merka adalah guru-guru yang mengajarkan ilmu, para
ulama’, bahkan jangankan yang mendapatkan gelar ulama’ setiap orang yang
mengajarkan satu huruf saja pun harus dimuliakan. Sayyidina Ali Karomallah
wajaha berkata.” Aku adalah budak dari orang yang mengajarkan aku ilmu meskipun
satu huruf.” ( Ta’limul Muta’alim , Pustaka
Imroatullah, 12 pinggir ). Namanya
abdun ( Hamba ) tidak moleh menentang majikan dan apabilah sang majikan salah
maka harus diingatkan dengan baik-baik dan janganlah meniru para oknum-oknum intelektual kholaf ketika ia
tidak sependapat dengan guru. Didebat guru itu habis-habisan. Naudzubillah min
ndzalik. Akhirnya ilmu yang seharusnya barokah dan manfaat bisa menjadi laknat.
Semoga bermanfaat Insyallah di artikel selanjutnya akan
dikupas kitab ta’limul muta’alim dari setiap bab.
Wa allahu a’lam bishowab.
Akhukum fillah.
Hambah Allah
Komentar
Posting Komentar